Menginjak Quran

Wednesday 19 December 2018

Yesus bukan Tuhan karena tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja - Pemahaman yang dangkal mengenai tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja

Lukas 18:19: Jawab Yesus: "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja."

Markus 10:18: Jawab Yesus: "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja."

Dari ayat alkitab di atas (Lukas 18:19, Markus 10:18), saya bisa membagi menjadi dua kalimat yaitu:

Pertama, kalimat tanya: "Mengapa kaukatakan Aku baik?". Normalnya jika ada suatu pertanyaan pasti seharusnya diikuti dengan suatu jawaban untuk menjawab pertanyaan. Dan sebagaimana dengan pertanyaan-pertanyaan normal lainnya, jika ada pertanyaan diawali dengan kata tanya "mengapa" maka biasanya diikuti dengan jawaban dengan kata penghubung "karena", untuk menjawab suatu pertanyaan yang menuntut suatu alasan.

Kedua, kalimat pernyataan: "Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja". Setelah kalimat tanya yang dilontarkan pertama kali oleh Yesus, Yesus menyatakan bahwa tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja. Di mana sepertinya Yesus perlu mengingatkan akan suatu hal tertentu sebelum nantinya pertanyaan Yesus sebelumnya dapat dijawab oleh seseorang. Maka dari itu sebelum menjawab pertanyaan mengapa Yesus dikatakan baik maka seseorang harus mengingat terlebih dahulu pernyataan Yesus bahwa tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja. Dengan begitu logika saat menjawab tidak bisa bermain sendiri tanpa mengingat apa yang sudah dikatakan oleh Yesus.

Singkat kata jika seseorang berlanjut memikirkan suatu jawaban kepada Yesus untuk nantinya dapat menjawab mengapa Yesus dikatakan baik, maka jawaban yang bisa dipikirkan dalam alam pikiran orang tersebut seharusnya kira-kira seperti ini 👇:

Yesus dikatakan baik karena - mengingat bahwa tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja - Yesus adalah...(silakan menjawab dengan pemahaman masing-masing)

Atau, bisa jadi ingin menarik ucapannya kembali soal Yesus yang baik 😊.
Lukas 18: 18: Ada seorang pemimpin bertanya kepada Yesus, katanya: "GURU YANG BAIK, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?
Markus 10:17: Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya: "GURU YANG BAIK, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?

Salahkah Jika Ada Orang Jomblo (Tidak Menikah) Bisa Menemukan Kebenaran?

Beberapa waktu lalu saya menemukan suatu unggahan foto/ gambar, di mana di dalam gambar tersebut ada foto dari seorang ustad terkenal lalu di bawahnya terdapat tulisan:
Boro-boro menemukan kebenaran. Menemukan jodoh saja kalian susah
Seperti yang terlihat pada gambar ini:



Saya tidak tahu apakah benar seorang ustad terkenal bernama emha ainun nadjib berkata demikian ataukah mungkin ini karangan orang lain saja. Karena saya hanya menemukan unggahan tersebut dari sumber berikut: https://www.facebook.com/MemeHumorPolitik/photos/a.614645031955869/2072945139459177/?type=3&theater

Apapun itu, saya menegaskan bahwa pernyataan ini merupakan suatu KESALAHAN YANG SANGAT FATAL yang diucapkan oleh seorang pemimpin agama yang terkenal di indonesia (jika memang benar diucapkan oleh seorang ustad terkenal). Mengapa saya bisa katakan seperti itu? Sebagaimana kita bisa lihat bahwa pernyataan tersebut mengimplikasikan bahwa, yang tidak/ belum menemukan jodoh (tidak menikah) maka tidak mungkin atau sangat sulit menemukan kebenaran daripada mereka yang sudah menemukan jodoh (sudah menikah). Inilah kesalahan fatal. Dan kesalahan fatal ini bisa kita lihat dari sisi logika manusia maupun sisi rohani. Mari saya beri penjelasan demikian:

Pertama, saya meyakini bahwa pernyataan tersebut bisa menjadi suatu pelecehan terhadap kehendak Tuhan bahwa setiap manusia itu harus hidup dalam kebenaran. Dan untuk hidup dalam kebenaran (yang sejati) manusia haruslah mengetahui dan memahami kebenaran itu sendiri. MAKA, pertama-tama yang harus dilakukan oleh manusia ialah MENEMUKAN KEBENARANJadi salahkah jika ada orang jomblo (tidak menikah) bisa menemukan kebenaran? Sulitkah orang jomblo untuk bisa menemukan kebenaran daripada yang sudah menikah? Jika memang salah, berarti kehendak Tuhan itu salah, makanya saya katakan sebagai suatu pelecehan terhadap kehendak Tuhan.

Kedua, dalam sejarah manusia, terutama kekristenan, mengenal seorang pengabar injil bernama paulus. Mulanya bernama saulus, sebelum dibutakan. Setelah dibutakan berganti nama menjadi paulus, dan menjadi rasul lalu mengabarkan injil. Dalam sejarah, paulus adalah seorang yahudi pembuat kemah dan TIDAK PERNAH MENIKAH. Dengan mengetahui fakta ini, mungkinkah seorang kristen dapat mempercayai bahwa seorang jomblo tidak akan menemukan kebenaran? Mungkinkah manusia dapat mempercayai itu? Saya pribadi meyakini seorang emha ainun nadjib atau siapapun di dunia ini tidaklah lebih benar dari seorang rasul paulus, baik dari perbuatannya maupun perkataannya. Sedangkan paulus sendiri jomblo dan emha ainun nadjib menikah, begitu juga dengan orang lain (jangan suruh saya bercerita tentang rizieq shihab ataupun bahar bin smith). Jika karena faktanya bahwa paulus adalah seorang rasul, sedangkan para jomblo lain tidak, itu tidak membantah fakta bahwa bahkan yang jomblo saja bisa memiliki kesempatan untuk menemukan kebenaran dan pada akhirnya menemukan kebenaran itu sendiri. Bagaimana dengan bunda teresa? Pernahkah dia menikah? Jadi salahkah jika ada orang jomblo (tidak menikah) bisa menemukan kebenaran? Sulitkah orang jomblo untuk bisa menemukan kebenaran daripada yang sudah menikah? Jika salah, mungkin saja yang namanya rasul paulus dan bunda teresa tidak pernah ada di dunia.

Ketiga, melihat kedua penjelasan di atas kita bisa melihat bahwa dari pernyataan: "Boro-boro menemukan kebenaran, menemukan jodoh saja kalian susah", tersebut memiliki kesalahan dari sisi logika maupun rohani. Dari sisi logika, kita bisa lihat sendiri bahwa tidak ada yang dapat menutup kemungkinan bahwa orang jomblo/ tidak menikah bisa menemukan kebenaran, dan kesulitan seseorang dalam menemukan kebenaran pun tidak dapat ditentukan dari status perkawinan seseorang (jomblo atau tidak jomblo). Buktikan saja apakah seorang emha ainun nadjib itu lebih benar daripada rasul paulus maupun bunda teresa? Dan dari sisi rohani, ya seperti yang saya katakan pernyataan ini bisa menjadi pelecehan terhadap kehendak Tuhan supaya manusia hidup dalam kebenaran. Dengan melihat kesalahan fatal dari sisi logika dan rohani ini, maka saya pribadi bisa melihat bahwa kemungkinan ada kesalahan fatal dari sisi kemampuan berpikir rasional dan kurangnya pemahaman rohani dari sang pembuat pernyataan tersebut, walaupun yang membuat pernyataan tersebut diduga berasal dari kalangan pemimpin agama. Kemampuan berpikir rasional ialah kemampuan seseorang untuk berpikir dengan menggunakan akal sehat mereka, sedangkan pemahaman rohani itu sendiri pemahaman yang mengacu kepada hal-hal rohani, keTuhanan, dan sebagainya. Terkadang kemampuan berpikir rasional dan pemahaman rohani untuk beberapa orang adalah dua hal berlawanan satu sama lain, namun bagi saya tidak harus seperti itu, dan kadang bisa saling mendukung satu sama lain. Namun yang jadi masalah ialah jika  seseorang memiliki kesalahan  fatal dari sisi kemampuan berpikir rasional dan kurangnya pemahaman rohani, bagaimana kita bisa percaya bahwa orang tersebut benar-benar sudah menemukan kebenaran sedangkan dia mengimplikasikan bahwa orang jomblo tidak mungkin atau sangat sulit menemukan kebenaran daripada mereka yang sudah menemukan jodoh (sudah menikah)? Inilah kesalahan fatal dari pembuat pernyataan tersebut, di mana ketika dia menyatakan dan mengimplikasikan sesuatu, dia melakukannya dengan tanpa kapasitas pribadi yang dapat dipercaya.

Begitulah kira-kira yang bisa saya jelaskan mengenai kesalahan fatal dari pernyataan "Boro-boro menemukan kebenaran, menemukan jodoh saja kalian susah". Dan untuk menutup tulisan ini, saya perlu menekankan lebih jauh bahwa tidak perlulah kita mengkait-kaitkan status pernikahan atau menemukan jodoh dengan menemukan kebenaran. Saya yakin bahwa Tuhan itu berkehendak supaya manusia hidup dalam kebenaran tidak terbatas oleh status pernikahan, warna kulit, jenis ras, dan sebagainya. Jadi bagi yang masih percaya dan menekankan bahwa menemukan kebenaran berkaitan dengan status pernikahan/ jodoh seperti apa yang tertulis pada gambar yang terunggah di atas, maka dia sama halnya seperti orang buta yang membuat orang lain buta dan menuntun orang buta lainnya untuk jatuh ke dalam jurang. Dan sebagai tambahan, muslim itu percaya dengan nabinya melakukan pernikahan beberapa kali, jadi mungkin itulah kenapa seorang muslim seperti emha ainun nadjib ini (jika memang dia pembuat pernyataan) bisa mengkaitkan status pernikahan/ jodoh dengan menemukan kebenaran.

Sekian.