Menginjak Quran

Monday 23 March 2015

Surat Yang Ditulis Oleh Kartini

Ternyata kartini itu.............ah syudahlah:

Dari "Letters of a Javanese Princess", dgn pendahuluan dr Eleanor Roosevelt dan di-edit oleh Hildred Geertz. Terbitan: the Norton Library, NY, 1964.
Diterjemahkan dari bahasa Inggris (aslinya bahasa Belanda):

RA KARTINI dan pandangannya terhdp ISLAM

hal 44, Surat kpd Stella Zeehandelaar, Nov 1899:

Saya tidak dpt menjelaskan apapun kpdmu ttg Hukum Islam, Stella. Pengikut agama ini dilarang utk membicarakannya dgn mereka yg beragama lain. Dan, jujurnya, saya menjadi Muslim hanya karena nenek moyang saya. Bagaimana saya dpt mencintai sebuah doktrin yg saya tidak tahu - dan tidak pernah akan tahu ?

Quran terlalu suci utk diterjemahkan dlm bahasa lain manapun. Disini tidak ada yg bicara bhs Arab. Memang adat disini adalah membaca Quran; tetapi apa yg dibaca tidak ada yg mengerti ! Bagi saya aneh (silly) memang kalau kita diwajibkan membaca sesuatu tanpa bisa mengertinya. Ini spt saya dipaksa membaca buku dlm bhs Inggris, dan seluruhnya melewati otak saya tanpa saya bisa mengerti satu patah kata pun. Jika saya ingin mengetahui dan mengertinya, saya harus ke Arabia dulu utk belajar bahasa. Namun demikian, orang bisa saja baik tanpa menjadi religius. Betulkah itu, Stella ?


Ya Tuhan ! Kadang saya merasa lebih baik kalau tidak ada agama, karena apa yg seharusnya menyatukan umat manusia kedalam satu persaudaraan akhirnya dari jaman ke jamanm hanyalah menjadi sumber pertempuran, ketidakcocokan dan pertumpahan darah.

...Kadang saya tanya pd diri sendiri: apakah agama memang rahmat bagi umat manusia ?

hal 81, Surat kpd Stella ttg perkawinan, Agustus 1900
Dlm dunia Islam, persetujuan, ya, bahkan kehadiran wanita itu tidak perlu dlm perkawinan. Ayah bisa saja suatu waktu pulang dan mengatakan kpd saya, "Kau sdh dikawinkan dgn si ini atau si itu." Saya kemudian harus mengikuti suami saya. Benar, saya bisa menolak, tetapi itu memberikannya hak utk mengekang saya kpdnya seumur hidup saya tanpa perlu mendekati saya. Saya isternya dan walau saya tidak mematuhinya, dan jika ia tidak menceraikan saya, saya tetap terikat padanya selama2nya, sementara ia bebas melakukan apa saja. Ia bisa menikahi wanita sebanyak yg ia inginkan tanpa perlu mengkhawatirkan saya. Jika Ayah akan mengawinkan saya dgn cara ini, maka saya harus mencari jalan keluar. Namun Ayah tidak pernah akan melakukan ini.

... Memang untungnya tidak setiap Muslim memiliki 4 isteri atau lebih, tetapi setiap isteri tahu bahwa ia bukanlah satu2nya, dan setiap harinya suaminya bisa membawa pulang isteri baru, yg haknya sama dgn isteri pertama. Menurut Hukum Islam, wanita baru itu juga isterinya. Di wilayah2 yg diperintah langsung (oleh Belanda), nasib wanita2 tidak separah saudara2 mereka di daerah2 yg diperintah kesultanan, spt di Surakarta dan Jogjakarta. Disini wanita sudah untung kalau suaminya memiliki 1, 2 atau 3 atau 4 isteri. Didaerah2 kesultanan ini, wanita2 disitu akan menertawakannya. Sulit menemukan lelaki dgn 1 isteri. Diantara kaum aristokrat, khususnya dlm lingkungan sultan, para suami biiasanya memiliki 26 isteri.

Apakah kondisi ini akan berlanjut, Stella ?

Bangsa kami begitu terbiasa dgn adat ini dan menganggap cara dimadu lelaki ini sbg satu2nya cara bagi wanita utk memenuhi kebutuhannya. Tetapi saya tahu dr wanita2 yg saya kenal, dlm hati mereka, mereka mengutuk hak2 lelaki ini, Tetapi kutukan tidak ada gunanya; sesuatu harus dilakukan.

... Ya, Stella, saya juga tahu bahwa di Eropa keadaan moralitas lelaki juga tragis ... tetapi ibu2 muda disana bisa berbuat lebih banyak ...

Saya ingin sekali mendapatkan anak2, lelaki atau perempuan ... Tetapi yg paling penting saya tidak pernah akan melanjutakan adat menyedihkan dimana anak lelaki lebih diprioritaskan drpd anak perempuan... Bahkan sejak kecil, lelaki diajarkan utk merendahkan wanita. Sering saya mendengar ibu2 mengatakan kpd anak2 lelaki merkea kalau mereka jatuh dan menangis: "Jangan cengeng spt perempuan!"

... Dan lalu saya akan mencabut pagar pemisah antara kedua jenis kelamin ini... Saya tidak percaya bahwa lelaki2 terdidik dan beradab akan menghindari wanita yg sederajad pendidikannya, dan lebih menginginkan wanita tidak bersusila. Walaupun banyak lelaki mencari wanita2 terdidik, banyak juga lelaki yg tidak memiliki interes sedikitpun dlm perempuan selain alasan sex. Nah, segalanya ini akan hilang jika lelaki dan wanita dpt bercampur sejak anak2.

hal 138 Surat kpd Ny Abendanon-Mandiri, Nov 1901
Ide utk menerbitkan buku ttg segala pemikiran dan perasaan saya ttg kondisi wanita Muslim kami, sudah ada sejak lama. Saya ingin menuliskannya dlm buku, dlm bentuk 2 puteri regent-satu Sunda, satu Jawa. Saya sudah menulis sejumlah surat, tetapi saya akan menundanya dulu. ... Kesulitannya adalah bahwa Ayah tidak akan mengijinkan saya menerbitkan buku macam itu. "Bagus kalau kamu pandai menulis dlm bhs Belanda," kata Ayah, " tetapi itu bukan alasan utk membongkar pemikiranmu yg paling mendalam."

Jadi, kami perempuan tidak boleh memiliki pemikiran, kami harus berpikir bahwa semuanya baik, dan mengatakan "ya" dan "amin" kpd apapun.

... Kapan datang waktunya dimana wanita dan laki2 bisa memandang satu sama lain sbg manusia sederajad, sbg kameraad ? Sekarang ini-bah! betapa rendahnya derajat wanita !

hal 145, Surat kpd Ny Abendanon, Feb 1902
Saya punya permintaan kpd anda, permintaan sangat penting: jika anda melihat teman anda, Dr Snouck-Hurgronje, tanya dia apakah diantara Muslim, ada hukum mayoritas, spt yg berlaku diantara kalian (org Eropa) ? Saya ingin mengetahui ttg hak2 dan kewajiban isteri dan puteri Muslim. Memang aneh bagi saya utk bertanya ! Ini membuat saya MALU bahwa kami tidak mengetahuinya sendiri. Betapa pahitnya bahwa kami tidak mengetahui apa2.

hal 169, Surat kpd Stella, Mei 1902
Saya mendapat jawaban atas pertanyaan saya ttg kapan gadis Muslim dewasa/akil baliq. Jawabnya, "Gadis Muslim TIDAK PERNAH mencapai akil baliq. Jika ia ingin bebas, ia harus terlebih dahulu menikah dan setelah itu diceraikan." Nah, oleh karena itu kami harus menyatakan diri sendiri akil baliq, dan memaksa dunia utk mengakui kemerdekaan kita.

hal 199, Surat kpd Ny Abendanon, Oktober 12, 1906
Saya dikatakan harus secara sederhana (secara munafik) mengarahkan mata saya kebawah. Saya tidak akan melakukannya (!) Saya akan menatap lelaki, maupun perempuan, langsung kpd matanya, tidak menatap lantai.

hal 208, Surat kpd Nr Abendanon, Des 12, 1902
Bbrp waktu lalu, pekerja kami diselamatkan lewat mukjizat. 11 rumah sekelilingnya terbakar, tetapi rumahnya selamat. Seluruh desa mendatanginya utk melihat ilmu atau jimat apa yg digunakannya. Tidak, katanya, ia tidak memiliki Jimat atau ilmu apa2, hanya "Gusti Allah" yg menyelamatkannya utk tujuanNya. Sehari setelah itu, ia datang kpd kami dan, aneh!, ia mengucapkan terima kasih kpd kami karena rumahnya selamat. Ia bersikeras bahwa kekuatan sembahyang kami-laH yg menyelamatkan rumahnya dr malapetaka. Betapa mengharukan kepercayaan orang yg naif dan lugu itu.

Saya tanya pd diri sendiri, apa hak saya utk mencabut kepercayaannya yg sederhana ini yg membuatnya bahagia ?

... Kami sudah lama berpaling dari agama manapun karena kami melihat begitu banyak dosa yg dibuat atas nama agama...

Bahan referensi kalo mau baca-baca:
Link 1
Link 2
Link 3
Dan ada 4 edisi:
Link 4

No comments:

Post a Comment

Ingatlah ini. Siapapun yang ingin menulis komentar di sini akan dimoderasi terlebih dahulu. Maka dari itu persiapkan tulisan yang baik dan bagus terlebih dahulu supaya ketika tulisan kalian dimoderasi akan lolos dan tulisan kalian akan ditampilkan.
Siapapun yang menulis komentar lucu di sini akan sangat dimungkinkan untuk ditampilkan tulisannya di sini.
Siapapun yang menulis komentar yang memalukan di sini dan menggunakan nama asli, bukan dengan nama anonymous dan nama akun akan sangat dimungkinkan untuk ditampilkan tulisannya di sini.